AHOK DAN SURAT AL MAIDAH
Surat Al Maidah dan Ahok menjadi tema utama perbincangan dalam beberapa pekan ini dan entah sampai kapan. Beritanya tidak pernah luput dari media.
Hal itu terjadi setelah beredarnya sebuah video gubernur non aktif Basuki Tjahaja Purnama yang mengutip ayat Al Maidah 51 di depan warga di Kepulauan Seribu, yang ketika itu beliau juga berpakaian dinas.
Dari perkataan Ahok tersebut membuat umat muslim terusik. Imbasnya banyak dari kalangan ormas Islam melaporkan ke Bareskrim terkait kalimat Ahok itu. Yang dinilai menyinggung umat muslim Dan puncaknya tanggal 4 November 2016 umat Islam melakukan aksi damai di Jakarta menuntut agar pemerinah tegas dalam menangani kasus ini.
"dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macam-macam"
Begitulah potongan kalimat yang diucapkan pak Ahok yang menjadi polemik dan membuat kaum muslim merasa terusik.
Mengapa tidak?
Disengaja ataupun tidak, kita tidak tahu. Tapi tetap realitanya pak Ahok masuk kepada perkara yang sensitif yang tidak seharusnya tidak dilakukan oleh seorang Gubernur di hadapan publik.
Mengapa sensitif?
Masalah perbedaan agama adalah hal yang memang ada di dunia ini, tetapi jika kitab suci suatu agama apapun disinggung atau dikomentari oleh orang yang bukan seagama, tentu siap mengambil resiko besar. Karena keniscayaan agama satu dengan yang lainnya tetap bertolak belakang. Apalagi sampai perbedaan itu dikomentari di hadapan publik. Tentu berimplikasi kepada banyak orang.
Ini akan berbeda jika situasinya berbeda. Misalkan dalam situasi diskusi ilmiyah antar agama.
Apakah kalimat itu menghina atau menodai agama?
Kita tidak mempunyai wewenang tentang hal itu, karena sudah ada ahlinya.
MUI secara tegas menyatakan bahwa Basuki Tjahaja Purnama telah menghina Al Quran dan atau ulama..... Dan pernyataan itu tidak akan dicabut.
Di negara ini dan untuk saat ini MUI lebih dianggap kredibel dan independen dalam menentukan fatwa ataupun sikap keagamaan di negeri tercinta ini.
Memang anggota MUI adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan. Tetapi dalam fatwa atau sikap keagamaan khususnya kasus ini sangat berani dan itulah sifat yang harus ada pada ulama, berani, berlandaskan dalil dan independen.
Selanjutnya biarkanlah pihak kepolisian melaksanakan tugasnya dengan baik.
TAFSIR SURAT AL MAIDAH 51
Berikut surat Al Maidah surat ke 51
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻻَ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭا ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ ﻭَﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ ﺑَﻌْﺾٍ ﻭَﻣَﻦ ﻳَﺘَﻮَﻟَّﻬُﻢ ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻻَ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ
Adapun tafsir ayat 51pada surat Al Maidah para ulama salaf yang tentunya terbukti kompentensinya sudah menafsirkan sejak zaman dulu. Kita tinggal mengikutinya saja.
Tidak perlu memutar balikkan fakta tafsir yang sudah ada
Jangan sampai menafikan tafsir-tafsir yang jelas mu'tabar
Apalagi sampai menafsirkan Al Quran dengan nafsunya, hanya karena mendukung seseorang. Atau hanya benci terhadap seseorang.
Na'udzubillahi min dzalik...
Hormati perbedaan dan jaga persatuan.
Tidak heran memang jika banyak dari kaum muslimin yang tidak tahu penafsiran ayat itu, karena orang yang boleh menafsirkan adalah orang-orang yang sekliber ilmu dengan ada syarat-syarat ketat yang harus dipenuhi.
Lha pak Ahok ini bukan orang muslim beraninya mengomentari AL Quran atau orang yang menjelaskan Al Quran.
JANGAN MAIN-MAIN KITAB SUCI AGAMA LAIN, MAIN-MAINLAH KITAB SUCI AGAMAMU SENDIRI SAJA
Kita tahu di negeri tercinta ini adalah negara yang berideologi PANCASILA. Dan perbedaan keyakinan setiap orang adalah keberagaman yang harus dihormati. Begitu juga ras, agama, suku dan golongan.
Jadi jikalau ada seseorang berkeyakinan berdasarkan tafsiran surat Al Maidah 51seperti diatas adalah hak asasi manusia yang yang harus dihormati oleh siapapun.
Namun begitu, jika seseorang berkeyakinan yang sebaliknya. Maka itu adalah hak asasi seseorang juga. Dan silahkan.... karena di negeri ini bebas...
Bahkan di negara ini banyak masyarakat dalam memilih pemimpin presiden, DPR, Gubernur, Walikota dsb, karena masih ada hubungan kerabat, teman, sahabat, satu suku, satu partai, satu koalisi politik atau karena uang, karena sedaerah, karena....karena apalah...
Itu semua realita yang ada. Dan nyatanya tidak dilarang
Jadi bukan karena program, visi dan misi. Banyak rakyat yang tidak sampai memikirkan hal yang semacam visi misi ini.
Ini juga fakta yang tidak bisa terbantahkan.
Walaupun begitu, semua itu juga hak para pemilih dan tidak akan pernah orang tahu, kecuali ia mengakuinya sendiri. Tidak usah kita membohongi diri kita sendiri.
Mari kita jaga asas BHINEKA TUNGGAL IKA dengan saling menghormati pendapat satu dengan yang lain.
AKSI DAMAI 4 NOVEMBER 2016
Tepatnya pada hari jumat 4 November 2016 umat muslim melakukan aksi damai untuk menuntut Gubernur non aktif Basuki Tjahaja Purnama kepada Pemerintah agar bertindak tegas tidak menintervensi kasus ini.
Kami sangat mengapresiasi aksi tersebut. Begitu banyak Umat muslim bersatu dalam satu tujuan, satu visi misi. Sudah tidak memperdebatkan soal bid'ah, tahlilan, qunut, maulidan, celana cingkrang dll.
Perlu digaris bawahi demo atau unjuk rasa jelas diperbolehkan oleh undang-undang, bahkan diatur dalam undang-undang kita.
Walaupun disisi lain, ada banyak pihak yang menyayangkan demo tersebut, bahkan menolak. Mereka yang beranggapan, tidak usah berdemo. Kita serahkan saja kepada kepolisian. Karena memang kasus tersebut sudah diselidiki oleh Bareskrim.
Namun apa yang terjadi?
Umat muslim tetap melakuan aksi itu. Berarti ini bukan tidak mungkin pasti ada sebuah alasan yang kuat dalam hal ini. Mungkin saja mereka kurang begitu percaya dengan pemerintah dalam hal ini.
Umat muslim melakukan aksi damai
Bukan permasalahan tafsir yang benar begini, yang benar begitu.
Dan bukan permasalahan cina atau jawa, sunda dll. Orang jawa, cina, sunda madura dll mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Juga bukan masalah perbedaan agama. Di Salatiga dulu walikotanya non muslim, tidak ada itu acara umat muslim salatiga mendemo tentang agama walikotanya, adem-adem aja.
Tetapi karena kalimat Basuki Tjahaja Purnama itulah. Dengan situasi seperti itu, dengan geystore yang seperti itu, dengan nada ucapan yang seperti itulah umat muslim mengecam.
Kalaupun ada isu terdapat aktor politik dibelakangnya, itu paling hanya memanfaatkan momentum alias nimbrung. Dan ini bisa saja terjadi karena memang dalam masa Pilgub Jakarta. Hanya saja kami tidak akan membahas sesuatu yang masih kemungkinan-kemungkinan.
Apalagi masalah pengunggah video oleh pak Buni Yani, ini jelas beda konteksnya.
Yang jelas kalimat pak Ahok mengarah pada hal yang sensitif, wajar jika umat muslim marah.
Ahok memang sudah meminta maaf dan itu sudah selesai. Tapi masalahnya bukan maaf memaafkan.
Seumpama negaramu dikomentari negatif atau dihina oleh pejabat Malaysia di hadapan publik dan setelah itu dia meminta maaf. Apa yang akan kita rasakan sebagai rakyat Indonesia.
Wajar jika umat muslim marah, bahkan saya pribadi merasakan hal itu.
Terlepas dari semua itu, alangkah baiknya kita sebagai muslim dapat memetik hikmah dibalik kejadian ini.
Tidak perlu memutar balikkan fakta tafsir yang sudah ada
Jangan sampai menafikan tafsir-tafsir yang jelas mu'tabar
Apalagi sampai menafsirkan Al Quran dengan nafsunya, hanya karena mendukung seseorang. Atau hanya benci terhadap seseorang.
Na'udzubillahi min dzalik...
Hormati perbedaan dan jaga persatuan.
Tidak heran memang jika banyak dari kaum muslimin yang tidak tahu penafsiran ayat itu, karena orang yang boleh menafsirkan adalah orang-orang yang sekliber ilmu dengan ada syarat-syarat ketat yang harus dipenuhi.
Lha pak Ahok ini bukan orang muslim beraninya mengomentari AL Quran atau orang yang menjelaskan Al Quran.
JANGAN MAIN-MAIN KITAB SUCI AGAMA LAIN, MAIN-MAINLAH KITAB SUCI AGAMAMU SENDIRI SAJA
Kita tahu di negeri tercinta ini adalah negara yang berideologi PANCASILA. Dan perbedaan keyakinan setiap orang adalah keberagaman yang harus dihormati. Begitu juga ras, agama, suku dan golongan.
Jadi jikalau ada seseorang berkeyakinan berdasarkan tafsiran surat Al Maidah 51seperti diatas adalah hak asasi manusia yang yang harus dihormati oleh siapapun.
Namun begitu, jika seseorang berkeyakinan yang sebaliknya. Maka itu adalah hak asasi seseorang juga. Dan silahkan.... karena di negeri ini bebas...
Bahkan di negara ini banyak masyarakat dalam memilih pemimpin presiden, DPR, Gubernur, Walikota dsb, karena masih ada hubungan kerabat, teman, sahabat, satu suku, satu partai, satu koalisi politik atau karena uang, karena sedaerah, karena....karena apalah...
Itu semua realita yang ada. Dan nyatanya tidak dilarang
Jadi bukan karena program, visi dan misi. Banyak rakyat yang tidak sampai memikirkan hal yang semacam visi misi ini.
Ini juga fakta yang tidak bisa terbantahkan.
Walaupun begitu, semua itu juga hak para pemilih dan tidak akan pernah orang tahu, kecuali ia mengakuinya sendiri. Tidak usah kita membohongi diri kita sendiri.
Mari kita jaga asas BHINEKA TUNGGAL IKA dengan saling menghormati pendapat satu dengan yang lain.
AKSI DAMAI 4 NOVEMBER 2016
Tepatnya pada hari jumat 4 November 2016 umat muslim melakukan aksi damai untuk menuntut Gubernur non aktif Basuki Tjahaja Purnama kepada Pemerintah agar bertindak tegas tidak menintervensi kasus ini.
Kami sangat mengapresiasi aksi tersebut. Begitu banyak Umat muslim bersatu dalam satu tujuan, satu visi misi. Sudah tidak memperdebatkan soal bid'ah, tahlilan, qunut, maulidan, celana cingkrang dll.
Perlu digaris bawahi demo atau unjuk rasa jelas diperbolehkan oleh undang-undang, bahkan diatur dalam undang-undang kita.
Walaupun disisi lain, ada banyak pihak yang menyayangkan demo tersebut, bahkan menolak. Mereka yang beranggapan, tidak usah berdemo. Kita serahkan saja kepada kepolisian. Karena memang kasus tersebut sudah diselidiki oleh Bareskrim.
Namun apa yang terjadi?
Umat muslim tetap melakuan aksi itu. Berarti ini bukan tidak mungkin pasti ada sebuah alasan yang kuat dalam hal ini. Mungkin saja mereka kurang begitu percaya dengan pemerintah dalam hal ini.
Umat muslim melakukan aksi damai
Bukan permasalahan tafsir yang benar begini, yang benar begitu.
Dan bukan permasalahan cina atau jawa, sunda dll. Orang jawa, cina, sunda madura dll mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Juga bukan masalah perbedaan agama. Di Salatiga dulu walikotanya non muslim, tidak ada itu acara umat muslim salatiga mendemo tentang agama walikotanya, adem-adem aja.
Tetapi karena kalimat Basuki Tjahaja Purnama itulah. Dengan situasi seperti itu, dengan geystore yang seperti itu, dengan nada ucapan yang seperti itulah umat muslim mengecam.
Kalaupun ada isu terdapat aktor politik dibelakangnya, itu paling hanya memanfaatkan momentum alias nimbrung. Dan ini bisa saja terjadi karena memang dalam masa Pilgub Jakarta. Hanya saja kami tidak akan membahas sesuatu yang masih kemungkinan-kemungkinan.
Apalagi masalah pengunggah video oleh pak Buni Yani, ini jelas beda konteksnya.
Yang jelas kalimat pak Ahok mengarah pada hal yang sensitif, wajar jika umat muslim marah.
Ahok memang sudah meminta maaf dan itu sudah selesai. Tapi masalahnya bukan maaf memaafkan.
Seumpama negaramu dikomentari negatif atau dihina oleh pejabat Malaysia di hadapan publik dan setelah itu dia meminta maaf. Apa yang akan kita rasakan sebagai rakyat Indonesia.
Wajar jika umat muslim marah, bahkan saya pribadi merasakan hal itu.
Terlepas dari semua itu, alangkah baiknya kita sebagai muslim dapat memetik hikmah dibalik kejadian ini.
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﺤْﻴِﻲ ﺃَﻥْ ﻳَﻀْﺮِﺏَ ﻣَﺜَﻠًﺎ ﻣَﺎ ﺑَﻌُﻮﺿَﺔً ﻓَﻤَﺎ ﻓَﻮْﻗَﻬَﺎ
"Sesungguhnya Alloh tidak segan menciptakan perumpamaan berupa nyamuk atau lebih rendah dari itu"
Dan kita berharap di negeri tercinta ini tidak akan mudah terpecah belah hanya karena satu orang saja.
Dan kita berharap di negeri tercinta ini tidak akan mudah terpecah belah hanya karena satu orang saja.
0 komentar:
Posting Komentar